Setan Ingin Mengadu Domba Di Antara Manusia
Setan Ingin Mengadu Domba Di Antara Manusia adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Syarah Shahih Muslim. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Emha Hasan Ayatullah pada Ahad, 17 Sya’ban 1446 H / 16 Februari 2025 M.
Kajian Islam Tentang Setan Ingin Mengadu Domba Di Antara Manusia
Kita akan melanjutkan pembahasan beberapa hadits pilihan dari Shahih Muslim. Kali ini, kita akan membahas tentang bagaimana setan menjadi provokator.
Dalam beberapa kondisi, setan sudah putus asa untuk disembah oleh sebagian kaum Muslimin. Namun, kesempatan untuk mengadu domba kaum Muslimin masih terbuka lebar. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan dalam hadits bahwa jika kaum Muslimin yang tauhidnya sudah kuat saja masih bisa diadu domba, bagaimana dengan mereka yang tauhidnya masih sangat tipis?
Jika kaum Muslimin yang sudah memahami tauhid saja bisa diadu domba, bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak memahami tauhid? Bagaimana mungkin bisa memahami tauhid, sementara belajar tauhid saja tidak disukai?
Bahkan, Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam juga bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ، وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ
“Tidak akan terjadi hari Kiamat sampai ada sebagian dari umatku yang mengikuti orang-orang musyrikin dan sebagian dari mereka melakukan penyembahan berhala.” (HR. Muslim)
Sering kita sampaikan bahwa bahkan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam pun berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena khawatir terjerumus dalam penyembahan berhala:
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Ya Allah, hindarkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan berhala.” (QS. Ibrahim[14]: 35)
Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam adalah seorang nabi, dan keturunannya pun banyak yang menjadi nabi. Namun, beliau tetap merasa takut dan khawatir akan bahaya penyembahan berhala, karena kemungkinannya ada.
Sebagai perbandingan, lihatlah orang kaya. Mereka sudah memiliki segalanya, bahkan kekayaannya bisa cukup untuk tujuh turunan. Tetapi, mereka tetap khawatir bahwa anak keturunannya tidak akan sesukses mereka. Jika mereka kehilangan harta, hidup akan terasa sulit.
Artinya, mereka memiliki kekhawatiran karena mereka mengerti betapa tidak enaknya hidup tanpa uang. Sebatas itu saja mereka paham.
Lalu, bagaimana dengan kita? Jika kita tidak khawatir terhadap tauhid kita, mungkin itu tanda bahwa pemahaman kita tentang tauhid masih rendah.
Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bahkan selalu mengingatkan umatnya agar berhati-hati. Salah satunya dalam hadits tentang shalat berjamaah dan merapatkan shaf. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ
“Kalian harus merapikan shaf. Jika tidak, Allah akan menjadikan kalian bermusuhan dan bercerai-berai.” (HR. Muslim)
Masalah mengatur ssaf dalam shalat telah dibahas oleh para ulama. Mereka menyatakan bahwa jika shaf shalat memiliki celah—misalnya ada anak kecil yang tidur atau bermain, seseorang berdiri agak jauh dari kawannya, atau shaf terhalang oleh tiang—maka shalatnya tetap sah.
Namun, pada zaman Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, hal ini sangat dihindari. Para sahabat berkata:
“Di zaman Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, kita sangat menghindari adanya tiang yang memutus shaf agar shaf tetap tersambung.”
Jika shaf tidak rapi, bagaimana hukumnya? Shalatnya tetap sah, tetapi Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam telah mengingatkan bahwa tidak rapinya shaf bisa menyebabkan hati kita bercerai-berai.
Kalau orang yang shalat saja bisa bercerai-berai hanya karena shaf yang tidak rapi, bagaimana dengan orang yang tidak shalat sama sekali?
Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya telah menyampaikan bahwa setan selalu berusaha mengadu domba manusia, bahkan terhadap orang yang ibadah dan tauhidnya kuat. Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak shalat?
Hadits pertama yang disebutkan dalam Ṣhaḥiḥ Muslim, pada Bab wudhu wa Ma Insanin, menjelaskan bahwa setan ingin mengadu domba di antara manusia. Setan bahkan menyebar bala tentaranya dengan tujuan utama untuk membuat kekacauan.
Diriwayatkan bahwa setan mengutus pasukan-pasukannya untuk menciptakan fitnah dan kerusakan di tengah manusia. Setiap orang memiliki pembisik, baik yang mengajak kepada kebaikan maupun yang menggoda kepada keburukan.
Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ
“Tidak seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan baginya seorang qarin (pendamping) dari kalangan jin.” (HR. Muslim)
Maksudnya, setiap orang memiliki jin yang membisikkan godaan dalam hatinya. Bahkan, Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam pun memiliki pembisik. Hanya saja, beliau terlindungi dari godaan tersebut karena masuk dalam kategori kemaksuman (terjaga dari dosa dan kesalahan).
Sedangkan kita bukan orang yang ma‘shum. Maka dari itu, kita harus benar-benar menjaga diri, meningkatkan keimanan, serta memperkuat persatuan kaum Muslimin agar tidak mudah diadu domba oleh setan.
Hadits pertama yang diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di Jazirah Arab. Akan tetapi, ia masih bisa menimbulkan permusuhan di antara mereka.” (HR. Muslim)
Artinya, setan tidak lagi berharap untuk disembah oleh kaum Muslimin di tanah Arab, karena keimanan, tauhid, dan persatuan mereka sudah kuat.
Namun, bukan berarti setan berhenti mengganggu. Setan masih memiliki celah untuk masuk, yaitu dengan cara mengadu domba, menimbulkan permusuhan, serta membuat umat Islam saling berseteru dan bersengketa.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54949-setan-ingin-mengadu-domba-di-antara-manusia/